Menurutkepada media asing, Departemen Transportasi Inggris telah mengeluarkan pernyataan sikap tentang “logistik jarak jauh”.
Salah satu rekomendasinya adalah mengenakan biaya pengiriman sebesar 20% pada platform e-commerce seperti Amazon.
Keputusan tersebut akan berdampak besar pada penjual e-commerce di Inggris.
Dampak epidemi ini telah meningkatkan ketergantungan masyarakat terhadap platform belanja online.
Bahkan sekarang epidemi sudah terkendali di Inggris dan masyarakat sudah terbiasa berbelanja online,
bisnis di toko offline masih lesu.
Seperti halnya mengenakan biaya pada kantong plastik untuk mencegah penggunaannya, kementerian mengatakan biaya transportasi wajib bertujuan untuk mendorong pembeli beralih dari berbelanja online ke berbelanja di toko fisik.
Pada tahap ini, pemerintah Inggris belum menyatakan siapa yang bertanggung jawab atas pajak tersebut, namun jika proposal tersebut dilanjutkan, penjuallah yang kemungkinan besar akan menanggung biayanya, seperti yang ditunjukkan Amazon dalam kasus serupa.
Berdasarkan kebijakan Inggris, perusahaan e-commerce sudah dikenakan PPN sebesar 20%, jadi jika tambahan biaya pengiriman sebesar 20% berarti pajak langsung sebesar 40% untuk setiap produk yang dijual secara online, biaya yang ditanggung penjual akan meroket.
Namun, kebijakan ini saat ini hanya berupa usulan, dan rencana spesifik tersebut perlu dilaksanakan setelah pemerintah Inggris mengkaji secara komprehensif situasi penjualan online dan offline serta tren konsumsi warga Inggris. Namun penjual amazon Inggris juga harus bersiap menghadapi perubahan kebijakan. .
Waktu posting: 14 Juli 2020